Tanggal: 17 Agustus 2017
Sumber: Francis Crick Institute
Ringkasan:
Para ilmuwan telah menciptakan keturunan yang sehat dari tikus jantan yang secara genetis tidak subur, menawarkan pendekatan baru yang potensial untuk mengatasi penyebab genetik umum infertilitas manusia.
Sumber: Francis Crick Institute
Ringkasan:
Para ilmuwan telah menciptakan keturunan yang sehat dari tikus jantan yang secara genetis tidak subur, menawarkan pendekatan baru yang potensial untuk mengatasi penyebab genetik umum infertilitas manusia.
Sebelum membahas tentang teknik baru yang di mukan para ilmuan tentang infertilitas kita harus mengetahui apa itu infertilitas itu sendiri
Pengertian Infertilitas
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah
melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun (Sarwono,497).
Infertilitas
(kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan kemampuan menghasilkan
keturunan (Elizbeth, 639).
Ketidaksuburan
(infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu
memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3
kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat
kontrasepsi jenis apapun (Djuwantono,2008, hal: 1).
Secara medis infertile
dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Infertile primer
Berarti pasangan suami
istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu tahun berhubungan
seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam
bentuk apapun.
b. Infertile sekunder
Berrti pasangan suami
istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini belum mampu
memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali
perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun
(Djuwantono,2008, hal:
2).
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :
a. Pada wanita
Gangguan organ reproduksi
Infeksi vagina sehingga
meningkatkan keasaman vagina akan membunuh sperma dan
pengkerutan vagina yang
akan menghambat transportasi sperma ke vagina.
Kelainan pada serviks
akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran mukus
serviks.
Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu.
Selain itu,
bekasoperasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga
dapat menutup serviks sehingga
sperma tidak dapat masuk ke rahim
Kelainan pada uterus,
misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu
pertumbuhanfetus,
mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah
untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
Kelainan tuba falopii
akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi
sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
· Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal
seperti adanya hambatan pada sekresi hormone FSH dan LH yang memiliki pengaruh
besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor cranial,
stress, dan pengguna obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi
hiotalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormone ini. Maka
folikel mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan ovulasi.
· Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam
mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses
nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat
berkembang dan terjadilah abortus.
· Endometriosis
· Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
· Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
b. Pria
Ada beberapa kelainan
umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu:
· Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
· Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
· Abnormalitas ereksi
· Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
· Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga
terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
· Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti kanker.
Para ilmuwan telah menciptakan keturunan yang sehat dari tikus jantan yang genetis, menawarkan pendekatan baru yang potensial untuk mengatasi penyebab genetik umum dari infertilitas manusia.
3. FAKTOR-FAKTOR INFERTILITAS YANG SERING DITEMUKAN
Factor-faktor yang
mempengaruhi infertilitas pasangan sangat tergantung pada keadaan local,
populasi dan diinvestigasi dan prosedur rujukan.
a. Faktor koitus pria
Riwayat dari pasangan
pria harus mencakup setiap kehamilan yang
sebenarnya, setiap riwayat infeksi saluran genital, misalnya prostates,
pembedahan atau cidera pada genital pria atau daerah inguinal, dan setiap
paparan terhadap timbel, cadmium,radiasi atau obat kematerapeutik. Kelebihan
konsumsi alcohol atau rokok atau paparan yang luar biasa terhadap panas
lingkungan harus dicari.
b. Faktor ovulasi
Sebagian besar wanita
dengan haid teratur (setiap 22 – 35hari) mengalami ovulasi, terutama kalau
mereka mengalami miolimina prahaid (misalnya perubahan payudara, kembung, dan
perubahan suasana hati).
c. Faktor serviks
Selama beberapa hari
sebelum ovulasi, serviks menghasilkan lender encer yang banyak yang bereksudasi
keluar dari serviks untuk berkontak dengan ejakulat semen. Untuk menilai
kualitasnya, pasien harus diperiksa selama fase menjelang pra ovulasi (hari
ke-12 sampai 14 dari siklus 28 hari).
d. Faktor tuba-rahim
Penyumbatan tuba dapat
terjadi pada tiga lokasi: akhir fimbriae, pertengahan segmen, atau pada istmus
kornu. Penyumbatan fimbriae sajauh ini adalah yang banyak ditemukan.
Salpingitis yang sebelumnya dan penggunaan spiral adalah penyebab yang lazim,
meskipun sekitar separohnya tidak berkaitan dengan riwayat semacam itu.
Penyumbatan pertengahan segmen hamper selalu diakibatkan oleh sterilisasi tuba.
Penyumbatan semacam itu, bila tak ada riwayat ini, menunjukan tuberculosis.
Penyumbatan istmus kornu dapat bersifat bawaan atau akibat endometriosis,
adenomiosis tuba atau infeksi sebelumnya. Pada 90% kasus, penyumbatan terletak
pada istmus dekat tanduk (kornu) atau dapat melibatkan bagian dangkal dari
lumen tuba didalam dinding organ.
e. Faktor peritoneum
Laparoskopi dapat
menengali patologi yang
tak disangka-sangka sebelumnya pada 30 sampai 50% wanita dengan infertilitas
yang tak dapat diterangkan. Endometriosis adalah penemuan yang paling lazim.
Perlekatan perianeksa dapat ditemukan, yang dapat menjauhkan fimbriae dari
permukaan ovarium atau menjebak oosit yang dilepaskan. (Cristina, 600-607)
Berikut ini adalah temuan baru para ilmuan genetika untuk mengetasi penyebab infertilitas
Seks kita ditentukan oleh kromosom X dan Y. Biasanya, anak perempuan memiliki dua kromosom X (XX) dan anak laki-laki memiliki satu X dan satu Y (XY), namun kira-kira 1 dari 500 anak laki-laki dilahirkan dengan X atau Y tambahan. Memiliki tiga daripada dua kromosom seks dapat mengganggu pembentukan sperma dewasa. Dan menyebabkan infertilitas.
Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan di Science, para ilmuwan di Francis Crick Institute telah menemukan cara untuk menyingkirkan kromosom seks ekstra untuk menghasilkan keturunan yang subur. Jika temuan dapat ditransfer dengan aman ke manusia, kemungkinan besar kemungkinan pria dengan sindrom Klinefelter (XXY) atau sindrom Double Y (XYY) yang tidak subur memiliki anak melalui reproduksi dibantu dengan menggunakan teknik ini.
Penelitian ini dilakukan bekerjasama dengan Universitas Kyoto dan didanai oleh European Research Council, Japan Science and Technology Agency, dan Japan Society for Promotion of Science.
Tim mengambil potongan kecil jaringan telinga dari tikus XXY dan XYY, membiakkannya, dan mengumpulkan sel jaringan ikat yang dikenal sebagai fibroblas. Mereka mengubah fibroblas menjadi sel induk dan menyadari bahwa dalam prosesnya, beberapa sel kehilangan kromosom seks ekstra. Dengan metode yang ada, mereka menggunakan sinyal kimia khusus untuk 'memandu' sel punca menjadi sel yang berpotensi menjadi sperma. Sel-sel ini berkembang menjadi sperma matang saat disuntikkan ke dalam testis tikus induk. Para peneliti kemudian memanen sperma matang ini dan menggunakannya melalui reproduksi dibantu untuk menciptakan keturunan yang sehat dan subur.
"Pendekatan kami memungkinkan kami menciptakan keturunan dari tikus XXY dan XYY steril," kata penulis pertama Takayuki Hirota dari Francis Crick Institute. "Akan menarik untuk melihat apakah pendekatan yang sama suatu hari nanti bisa digunakan sebagai pengobatan kesuburan untuk pria dengan tiga kromosom seks."
Dalam percobaan pendahuluan, tim menemukan bahwa sel punca yang dihasilkan dari fibroblas pria dengan sindrom Klinefelter juga kehilangan kromosom seks ekstra.
Namun, masih banyak penelitian yang diperlukan sebelum pendekatan ini bisa digunakan pada manusia. Penulis senior James Turner, Pemimpin Grup di Francis Crick Institute, menjelaskan: "Saat ini tidak ada cara untuk membuat sperma matang di luar tubuh. Dalam eksperimen tikus kita, kita harus menyuntikkan sel yang berpotensi menjadi sperma kembali ke testis. Untuk membantu mereka menyelesaikan perkembangan.Tapi kami menemukan bahwa ini menyebabkan tumor pada beberapa penerima tikus.Jadi mengurangi risiko pembentukan tumor atau menemukan cara untuk menghasilkan sperma dewasa dalam tabung reaksi harus dikembangkan sebelum kita dapat mempertimbangkan hal ini. Pada manusia. "
Sumber cerita:
Bahan yang disediakan oleh The Francis Crick Institute. Catatan: Konten dapat diedit untuk gaya dan panjang.
Referensi Jurnal:
Takayuki Hirota, Hiroshi Ohta, Benjamin E. Powell, Shantha K. Mahadevaiah, Obah A. Ojarikre, Mitinori Saitou, James M. A. Turner. Kedelai yang subur dari tikus trisomik kromosom seks steril. Sains, 17 Agustus 2017 DOI: 10.1126 / science.aam9046
No comments:
Post a Comment